Tulisan ini saya buat 2 bulan lalu, tapi nggak ke upload :(. Sekarang dek X2 sudah 9 bulan. Dan kegiatan serupa seperti ini (outdoor) sering kami lakukan cuma lagi-lagi gak ketulis di web ini (jadi malu, ketahuan malasnya). Bahkan kalo hari ahad pagi, teman-teman main kak Liv yang njemput ke rumah minta main “Aku jadi profesor”.
Sudah lama sekali saya nggak ngajak anak-anak maen dan belajar outdoor. Tepatnya setelah kelahiran si kembar atau hampir 7 bulan lamanya. Paling banter maen di depan rumah sama anak-anak tetangga. Padahal dulu biasanya kami sering melakukannya, baik memang sengaja maupun yang spontanitas dari Liv. Dan kini si kembar Xandra-Xandri (D’X2) sudah jalan 7 bulan, jadi sudah berani ngajak jalan-jalan ke lapangan atau keliling perumahan dan berlama-lama diluar.
Gimana bawanya? Jangan ketawa ya.. Formasinya begini nih: Kak Liv dan Mas Tangguh jalan kaki, Kak Liv diberi tanggung jawab untuk menjaga Mas Tangguh kalau-kalau ada gerobak, sepeda motor atau orang jualan lewat. Sementara D’X2, satu di kereta dorong satunya saya gendong (jangan minta fotonya ya.. *GR). Jalan di gang saya sempit jadi nggak terlalu kawatir ramai kendaraan, paling orang jualan yang berseliweran dan umumnya mereka jalannya pelan-pelan sambil nyari pembeli.
Ternyata tidak semulus yang saya duga. Penolakan paling keras justru datang dari Kak Liv, dia bilang malu sama teman-temannya masak belajar di rumput-rumput, “temanku aja nggak ada yang belajar kayak gitu”. Mungkin karena sudah terlalu lama nggak belajar outdoor. Ya sudah, saya yang mengalah, saya bilang kita akan jalan-jalan terserah mau kemana dan ini hukumnya wajib, pagi ini nggak ada acara main di dalam rumah.
Seperangkat alat tulis dan kertas bekas saya bawa dan taruh di bawa kereta dorong adeknya. Sepanjang perjalanan Kak Liv cemberut terus, karena dia pengen maen di rumah temannya. “Waah, rumputnya habis disiangi ya.. jadi bersih”. Kulihat tanah kosong yang biasanya penuh rumput dan tumbuhan itu lebih “bersih”. Diujung gang kami memang ada tanah kosong, konon tanah itu mau dijual sama pemiliknya tapi belum menemukan pembeli yang tepat. Karena lama tidak ditempati, disitu banyak sekali tumbuh rumput liar, bunga-bunga, juga berbagai tanaman yang sengaja ditanam orang-orang sekitar.
Beberapa anak-anak ada yang bermain dan berlari-lari di sekitar situ. “Aku kan sudah bilang nggak mau maen disini, aku kan sudah gede mama..” bantahnya. “Kalo kak Liv nggak mau ya nggak papa, kita cuma lewat doang koq, sekarang mau kemana?”. Qodarullah, tiba-tiba saya sadar kalo nggak bawa HP. “Kak Liv dan Tangguh tunggu disini sebentar ya.. mama ambil HP dulu. Jaga adek ya..”
Sekembalinya dari ambil HP, kulihat Liv sudah bermain dan tertawa terbahak-bahak dengan teman-temannya. “Yuuk mau lanjut jalan atau gimana nih?”, “Disini aja deh ma.. tapi enaknya main apa ya?”. Mereka lari berkejar-kejaran, aku mencari tempat yang teduh, D’X2 juga sangat menikmati pemandangan yang ada. Pagi itu cuaca mendung tidak panas, angin bertiup sejuk, segar sekali.
Setelah kelelahan maen, kuajukan saran gimana kalo kita main jadi “Aku jadi profesor” yang sedang meneliti taman. Mereka bersorak kegirangan, kubagikan selembar kertas dan sebuah alat tulis ke 3 anak itu. “Nah, sekarang kalian tulis apa saja binatang dan tumbuhan yang ada disini”. Tapi ada yang cemberut karena belum bisa nulis, “nggak papa, Candra boleh gambar pohon atau binatang yang ada disini, yuk dimulai 1..2…3… Bismillah”
Sesekali Liv tanya padaku “mama kalo nulis capung kayak gini ya? enngg itu N sama G kan ma?”. Temannya yang lain karena sudah SD dengan santai menulis apa saja hasil temuannya. “Eiitss, nggak boleh ngelihat, aku mau dapet nilai yang paling bagus, kamu nyari sendiri sana” kata seorang teman SDnya. Kuberi pengertian, ini bukan ujian, nggak ada menang ataupun kalah, kalo bisa belajar bareng itu lebih baik. Apalagi kalo bisa membantu temannya jadi lebih pintar, pasti dapet pahala.
Setelah selesai, mereka minta diberi nilai, “mintanya berapa nih?” “seratus”. Kuberi semua nilai 100 sesuai pesanan, bahkan yang belum bisa nulis dengan sempurna dan yang menggambar. “Koq semua dapat seratus sih? kan Candra belum bisa nulis? Liv juga tulisannya jelek” protes temannya yang sudah SD. “Karena menurut tante kalian semua anak pintar, mbak Nabila dapet 100 karena memang bisa menyebutkan dan menulis dengan baik, apalagi mbak Nabila sudah SD. Sedangkan Liv meski belum SD, dia sudah berusaha mengamati dan menulis sebaik-baiknya, makanya dapet 100 juga. Apalagi Candra baru masuk TK, baru kenal huruf, dia mau ikut, mau nulis dan gambar itu sangat hebat”.
Kulihat dahinya mengkerut mendengar penjelasanku, hehehe…
Eeh, Mas Tangguh koq belum diceritain… Mas Tangguh yang hobbynya lari marathon, berlari-lari kejar-kejaran bersama teman seumurannya. Entah sudah berapa putaran dari ujung gang tempat kami bermain sampai depan rumah di berlari. Keringat membasahi rambut jabriknya. Nafasnya terengah-engah sambil berteriak “bercerita” dengan bahasa yang aku sendiri belum paham betul :D.
Setelah itu dilanjutkan dengan main tebak-tebakan “siapa aku”. Awalnya saya yang memberi tebakan, menyebutkan ciri-ciri dan anak-anak yang menebak bendanya. Lama kelamaan mereka saling memberi tebakan sendiri. D’X2 ternyata sudah mengantuk, ngeringik terus, saya harus pulang. Kak Liv masih mau maen.
Sepulangnya dia cerita tadi main sekolah-sekolahan. “Aku jadi murid yang baik lho ma.. bla, bla, bla..”
Sedih sekali melihat anak-anak begitu fokus di depan monitor, sampai-sampai dipanggilpun tidak mendengar :(. Padahal kami sudah meniadakan TV di rumah dan membatasi pemakaian perangkat gadget tersebut. Tapi setiap kali ada waktu kosong, pasti minta izin buat nonton. Mereka mudah sekali terekspos dengan yang namanya monitor, apa saja mau hp, laptop, komputer dan gadget lainnya. Apalagi orang tuanya menjemput rejekiNYA lewat monitor :D.
Senang sekali melihat anak-anak begitu menikmati kegiatannya. InsyaALLAH kedepan akan lebih sering kita maen seperti ini ya… Kegiatan diluar rumah, di alam terbuka, berlari-lari, berkotor-kotoran main tanah dan hal lain yang menyenangkan. InsyaALLAH pagi ini kami mau melakukan “penelitian” belimbing sayur alias belimbing wuluh :). Kira-kira sempet ketulis nggak ya??
Discussion
No comments yet.