//
you're reading...
Home Education, Uncategorized

Emak Setengah Lusin Plus ngapain?

#Emaksetengahlusinplus ngapain aja di rumah sama anak-anak?

Ada yang nanya gak? Haa… gak ada?? Koq gak ada sih? Nanya dong!! Siape loe?? ??

Nanya gak nanya aku mau cerita, biarin. Mumpung lagi longgar.

Begini ceritanya…

Setelah ritual pagi, sudah subuhan, olahraga ringan, mandi, ngaji, hafalan baru, murojaah, makan, setor deh ke mama. Jam berapa tuh selesainya? Gak mesti. Beneran aku ngomong kayak gini.

You can’t manage your time when living with 3 balita, just optimalize it.

Terkadang pagiku semulus kulit cherry bell, kadang semenantang jalan makadam. Kadang jam 9 selesai semua, kadang sampek sore belum selesai.

Aku?? Stress?? Ya iyalah, biarpun gak sekolah, kami punya targetan tersendiri. Tapiiiii… fleksibel. Itu poin lebih homeschooling. Fleksibel waktu, fleksibel tenaga, fleksibel biaya.

Karena fleksibel itu, maka aku mamacu diriku sendiri, bukan karena tuntutan dari luar, tapi lebih kepada, “kami ingin bagaimana? kami ingin anak-anak bagaimana? “.

Truss… truss..??

Anak-anak paham betul dengan posisi emaknya yang hari-hari ngider di rumah sudah kayak keliling Jakarta mungkin.

Setelah mereka mengerti, mereka belajar jadi pembelajar mandiri. Melakukan apa yang bisa mereka lakukan tanpa mama.

Contoh sederhananya,

Buat anak yang ngajinya masih level iqro’, menjadi prioritas karena butuh bimbingan langsung dari mama. Begitu juga saat awal-awal ngaji AlQuran, bimbingan mama full. Setelah dirasa cukup, mereka bisa mengaji sendiri, sesekali sama mama, selain untuk melekatkan bonding juga buat ngecek kualitas ngaji anak-anak.

Abaikan segala perintilan dan lukisan maestronya ya ?

Begitu juga soal hafalan AlQuran, saat usia awal (balita) diperdengarkan, atau diajak ngikutin suara mama atau papa ngaji surat-surat pendek. Tidak ada target hafalan di usia ini. Setelah 7 tahunan (ini saya, bisa jadi beda dg yg lain) baru mulai proses menghafal, dimulai dengan talaqqi sama mama atau papa atau murottal. Saat usia ini anak sudah bisa mulai konsentrasi dengan rentang waktu yg lebih panjang (kurleb 30 menit).

Selanjutnya ketika dirasa sudah bisa dilepas, mereka belajar menghafal sendiri, dan setor ke mama atau papa apa yg dihafal hari itu. Jadi jangan heran, sambil masak telinga ini sambil nguping mereka. “Dengungnya kurang”, “madnya kurang panjang tuh” dll.

Setelah mereka tuntas kewajiban utamanya, lanjut dengan kewajiban baca buku. Buku apa? Bukan buku pelajaran gaess, tapi buku yang mereka suka. Apa itu? Komik, maka di rumah disediakan komik Islami dan seri pengetahuan . Yang sudah gede? Kadang baca komik atau novel atau buku-buku ringan lainnya.

Habis itu? Istirahat… bebas, dapat jatah pake internet setengah jam per anak. Horeee… emaknya kadang bisa selonjoran saat momen ini. Legaaa…

Habis itu? Belajar sebentar, misal fiqih atau berhitung atau english atau siroh dll. Metodenya? Menyesuaikan saja. Kadang mereka pilih sendiri, kadang aku yang tentukan. Dibuat fleksibel aja.

Trus? Bebaaasss…. karena sudah sore, mau main di lapangan, main lego, masak dan bikin kue, origami, main fisik sama mama atau papa atau hal lain yang bikin mereka nyaman.

Buat yg gede, baca buku yang rada berat dikit, belajar buat persiapan UNPK atau tanyakan mereka suka apa? Contohnya Liv, pengen bisa ngedit video, maka setelah semua kewajibannya selesai, dia pilih mantengin filmora.

Malamnya?? Santaiii…. dengan catatan semua kewajiban pagi sudah selesai. Jika belum, malamnya emaknya ini jadi tukang tagih keliling. “Perasaan tadi ada yang belum setor ke mama deh? Mau dirapel besok?”.  Atau “Sudah baca buku belum?” dan sejenisnya.

Menutup malam dengan keruntelan bersama bocah, membacakan cerita, bermain peran, petak umpet, joget-joget gak jelas atau sekedar ngobrol.

Eh, lha koq lumayan panjang, pindah ke blog dulu aahh…

Sekali lagi, semua jadwal kegiatan diatas tidak kaku, fleksibel. Mood emak? Mood anak? Trus kalo ada wabah corona begini? Trus 3 balitanya? Entar kapan-kapan dibahasnya. Ada panggilan tugas nih.

When they grow up, you’ll miss this crowded time.

Intinya, nikmatilah dengan penuh syukur momen-momen masa kecil mereka, karena gak akan bisa balik lagi, karena tanpa kau sadari mereka tumbuh dan tak kan seintens ini bersamamu.

Discussion

No comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


+ 9 = ten