//
you're reading...
Uncategorized

Menjaga Kewarasan (Emaks)

“Anaknya gak pernah bertengkar ya bu?”. Sering dapat pertanyaan kayak gini. Hellow… anakku 5, satu 9 tahun dua balita dan 1 baru lulus balita tapi dalam beberapa hal masih lebih balita dari adek2nya dan satu bayi. Tak pernah bertengkar rasanya hal yang muskil buat mereka. Aaah… barangkali si ibu ini melihat keceriaan anak-anakku dan emaknya yang memang tipe sanguinis plegmatis.

Aselinya maahhhh…. pernaaaahhhh, bahkan dalam sikon tertentu jawabannya adalah sering.

Ketika salah satu atau salah dua atau salah tiga dari mereka sakit, dan yang lainnya biasanya caper dan baper lihat emak semata wayangnya sibuk ngurusin yang sakit. Oh dunia, sudah malam begadang, pagi sampai sorenya masih harus menahan jiwa dan raga dari yang namanya kelelahan.

Kehadiran anak lain pun bisa membuat anak-anak manis ini tiba-tiba berubaaahh bak power rangers. Pernah suatu ketika asisten di rumah bawa anaknya, meski cuma 3-4 jam perharinya, cukup membuat seisi rumah penuh teriakan sehingga aku memutuskan, “ya sudahlah, diantara kita sudah tidak ada kecocokan lagi”. *sinetron banget.

Tapi kalo dipikir-pikir gak perlu hal besar untuk membuat mereka bertengkar, cukup dengan rebutan sendok, mainan, crayon, baju, siapa duluan, bahkan ketika kita mencium satu anak sedang yg lain belum. Hal yang bikin ngakak orang dewasa tapi bikin anak baper dan caper. Dan pastinya hal itu bisa membuat emak keluar sungutnya. Hahaha… emak monster.

“Tapi mamanya sabar banget euy, gak pernah marah”. Kata siapa buu… diluar aja kelihatannya gitu, aselinya mah…

sumber: facebook

Nah, kadang itu dia aselinya (saya, kurang lebih, bukan yang lain, hahaha..). Seorang ibu dituntut untuk selalu tersenyum menghadapi segala hiruk pikuk rumah tangga. Di dalam rumah berusaha terbaik melayani para klien yang nggak habis-habisnya dan di luar rumah jangan sampai orang tahu mumetnya kepala kita.

Teringat perkataan teman, “menjadi ibu itu soal menjaga kewarasan”. Maka rawatlah dirimu ibu, agar tetap waras pada tempatnya. Kewarasan dibutuhkan agar ketika kita kecewa akan suatu hal kita bisa menjaga hati agar jangan sampai lost direction.

Emang sampai segitunya yak? Tergantung siapa orangnya dan seberapa berat bebannya. Jadi memang tidak bisa digebyah uyah. Toh menjalani peran apapun dalam hidup ini ada tantangannya. Iya nggak sih gaiss?

Semakin perfectionis seseorang maka tingkat stresnya makin tinggi, semakin besar target seseorang maka tingkat stresnya juga makin tinggi, pun juga dengan semakin besar beban semakim rentan stress.

Aaah… menjadi ibu adalah impian banyak wanita meski menjadi ibu juga butuh perjuangan hebat dan kadang bikin sang ibu merasa “lelah”. Ya… mungkin ibu kurang piknik #kode :p

Andai di tengah perjalanan, ketika dilanda kelelahan sebagai ibu kita bisa resign atau sudah aah capek, loe-gue end. Kayaknya banyak yang bakal nulis surat pengunduran diri sementara, entar 2-3 hari lagi balik. Hahaha… ngimpi.

Rasa kecewa datang ketika kenyataan tak seindah impian. Betapa besar impian yang kita gantung di meja penghulu dulu. Aku mendamba rumah tangga sakinah-mawaddah-warahmah, aku mendamba suami cakep, kaya-raya, pengertian, baik agamanya, romantis, penyayang, lemah lembut, baik hati dan tidak sombong, bla..bla… Pengennya sih istriku kelak adalah perempuan sholehah nan cantik, anggun, sexy, pintar, penyayang, lemah lembut. *Sambil bayangin dewi sandra. “Mas..mas.. bangun”

Aduuh aku pengennya anak-anak itu jam segini sudah mandi, makan trus belajar atau bikin-bikin apa gitu. Eeh ini malah nonton, main hp, atau masih molor. Atau ketika kakak yg biasanya pintar pipis di kamar mandi tiba-tiba ngompol karena keasikan main padahal kita sedang “berjuang” mbobokkan si adek sambil bayangin waiting list Pekerjaan.

Atau kesel banget sama pasangan yang nggak ngerti-ngerti kita maunya apa (dilema venus dan mars). Atau deg-degan dengan uang belanja yg hampir habis padahal belum waktunya. Atau masalah keluarga yang bikin mumet.

Bahkan masalah sepele seperti masak nggak selesai-selesai karena bolak balik terima panggilan tugas, “mama, gimana nih mimiknya tumpah”, “mama lihat tuh dia gak mau bagi-bagi”, “mama, mau eek”, padahal perut lagi ngerock gak cuma keroncongan.

Slowdown mama… tarik nafas jangan lupa dikeluarkan. Aah entahlah, maunya sih ngasih tips ibu waras sejagat. Tapi ambil kaca ajaib koq ya jawabnya “siapa loe, masih sering baper, mewek gak jelas nggremeng bin nggrundel”.

Ya sudah, bagi-bagi pengalaman aja kali ya.

*Nangis,

Suka tidak suka salah satu cara meluapkan emosi adalah menangis. Sweer daripada marah-marah gak jelas mending nangis. Habis nangis jangan lupa cuci piring, cebokin bocah, baca buku cerita, atau main sama anak-anak.

** Curhat, paling te o pe be ge te curhat tuh sama yang bisa menyelesaikan masalah, sama dalangnya, yang nggak akan curhat balik, yang gak akan ngomongin curhat kita, yang gak akan mengkritik kita, yang gak ngabisin pulsa, tinggal gelar sajadah, nangis, ngadu sepuasnya.

Curhat paling top kedua, ya sama suami. Meski kadang bukan pendengar yang baik (coba tes deh, besok tanyain isi curhat kita, masih inget nggak?), meski kritiknya pedas, meski kadang diomelin, tapi enaknya doi akan bantu cari jalan keluar untuk kita, kritiknya membangun, to the point, dan gak cuma asal mendengarkan tapi juga kasih solusi dan bisa jadi partner.

Meski ada yang bilang, laki-laki itu kalo curhat tandanya sedang mencari solusi. Kalo perempuan curhat cari kuping sama kepala yang mengangguk-angguk.

Gak semuanya kali kayak gitu.

Curhat terbaik ketiga, tentunya ke orang kepercayaan, sahabat, murobbi, apalagi sekarang dimudahkan dengan teknologi, ada grup-rup pengusir sepi dan saling berbagi, bikin kesempatan curhat terbuka lebar.

*** Fokus pada penyelesaian masalah. Sudah bu.. nangis sama curhatnya jangan lama-lama, segera cari penyebabnya, cari ilmunya, cari solusinya. Fokus, sabar dan istiqomah (y) .

Kabar baik buat kita semua (tapi bukan soal kulit manggis ada ekstraknya), tenang saja buibu…percayalah, semarah apapun kita, sesedih apapun kita, sebaper apapun kita, sepanas apapun otak dan hati kita, kita gak bakal bisa berlama-lama menikmati semua itu.

Lagi enak-enak nangis, tiba-tiba ada yang teriak “mama eeknya sudah”. Masak iya disuruh nunggu kita selesai nangisnya. Lagi marah-marah ada yang pake celana dalam di luar celana panjangnya. Lagi baper habis, ada yang usap-usap kepala “mama are you okey?” *mas Tangguh mode on. Atau tiba -tiba ada yang bawa kepiting saus padang. Aah.. kalo sudah begini, rasanya hidup begitu indah, ada banyak cinta untukku. Dan tentunya jangan lupa…

****Bersyukur

Lihatlah kebawah, jangan keatas melulu entar kesandung. Lihatlah disana ada banyak perempuan lain yg bebannya jauh lebih berat dari kita. Yakinlah di luar sana juga bakal banyak perempuan yg dengan senang hati menggantikan posisi kita.  Yakinlah DIA tidak membebani hambanya diluar kemampuannya, DIA Maha Adil dan Penyayang yang selalu ada untuk kita.

 

 

Discussion

No comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


5 − three =