Kira-kira dua pekan yang lalu papanya Liv nyeletuk “ma, perutmu koq gede banget ya? nggak kayak hamil yang dulu-dulu, ini kan belum 2 bulan”. Alkhamdulillah.. saya dikaruniai Allah nggak kelihatan kalo hamil alias ketika kandungan berusia enam-tujuh bulan orang baru ngeh kalo aku hamil :D. Tapi kali ini, berbeda, kehamilan ketiga ini terasa lebih berat (mual, cepat lelah). Ditambah lagi perut yang lebih besar dari biasanya. “Aahh, sudah tua pa.. sudah melar semua” jawabku.
Sabtu kemaren terjawab sudah. Kami melakukan kontrol untuk yang kedua kalinya. Ketika di-USG, tiba-tiba dokternya nyeletuk:
“Koq ada dua ya bu..”
“Apanya dokter” tak terkira dag-dig-dug jantungku.
“ini, janinnya.. Sebentar saya perbesar dulu”
Dan tampaklah dengan jelas ada dua kantong yang masing-masing berisi janin yang berdetak jantungnya. Subhanallah.. Yang pertama ada dalam pikiranku, kembar? kembar yang bagaimana? sehatkah? normalkah? mengingat dua kakak iparku pernah hamil kembar dan berakhir dengan gugurnya salah satu janin disertai dengan kehamilan yang luar biasa berat.
“Apakah terpisah sempurna dokter?” tanyaku penuh harap. Aku tidak peduli dengan kerepotanku kelak, aku tidak peduli dengan “mungkin” kehamilanku yang sekarang akan lebih berat dari sebelumnya. Aku ingin keduanya sehat dan selamat.
“Alkhamdulillah, ibu bisa lihat sendiri sekat pemisahnya, masing-masing berada dalam kantong yang berbeda. Dan denyut jantungnya, keduanya, normal”
“Alkhamdulillah” Kupandang suamiku, dia tersenyum penuh syukur dan antusias sekali. Sedangkan kak Liv begitu gembira. “horee dua adek”. Mas Tangguh yang melihat kakaknya bersorak juga ikut gembira “yee..ye..ye..” sambil mengangkat kedua tangannya.
Sang dokterpun kemudian mengganti multivitamin yang lebih “joss” katanya. Ditambah serangkaian nasehat, untuk menjaga asupan gizi dan istirahat. PR pertamaku adalah menyapih Mas Tangguh. Niatan sebelumnya, karena aku mengira ini kehamilan biasa alias tunggal, aku akan tetap menyusuinya sampai usia kandungan 6-7 bulan. Dan dokterpun membolehkannya asal memenuhi syarat dan kondisinya.
Tapi dengan kehamilan kembar plus nafsu makan yang menurun, cepat lelah, mudah mual rasanya tak mungkin. Maaf ya sayang.. mama harus mendholimimu.. ASI yang harusnya kau nikmati hingga 2 tahun terpaksa harus mama hentikan 5 bulan lebih awal. Mas Tangguh anak yang hebat, dia hampir tak pernah rewel, selalu ceria. “Begitu besar amanah Allah buat Mas Tangguh, menjadi kakak dari dua adek sekaligus, insyaAllah..”
Sesampai di rumah pikiran logis kami baru berjalan. Aku bilang ke suami tentang betapa repotnya kelak, persiapan-persiapan yang harus dilakukan untuk menyambut mereka. Tapi cintaku bilang, InsyaAllah akan ada dua anak lucu dan sehat lagi di rumah, yang ngelitis kayak Mas Tangguh, atau yang ceriwis kayak Kak Liv. dan bla..bla.. bla.. dia bercerita serunya punya anak kembar, kenakalan-kenakalan mereka kelak. “Jangan takut ma, insyaAllah pasti ada jalan, Allah sudah menitipkan rejeki yang begitu besar kepada kita”. Subhanallah, laki-laki ini, yang senyumnya selalu menghiasi hari-hariku 6 tahun ini, sungguh suami dan papa yang luar biasa. Dia memang tidak becus dalam pekerjaan rumah tangga, tapi dia tidak pernah tersinggung jika aku “perintahkan” untuk mengerjakan sesuatu. Apalagi saat hamil sekarang.. aku merasakan kasih sayang yang begitu besar darinya.. Terima kasih Allah.. terimakasih cintaku.. terimakasih mbahbuk, uti, kung, saudara2ku nun jauh dimata untuk doa dan semangatnya.
Perubahan pola makan dan jadwal makanpun aku lakukan untuk mengimbangi kebutuhan kami. Kalo dulu nasi minded (kalo belum nasi belum makan namanya :D), maka sekarang menu dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga biarpun gak kenyak tapi asupan gizinya mencukupi, insyaAllah.
Pintaku ya Allah, semoga kehamilan dan persalinannya lancar, dan kami diberi kemudahan dan kesehatan. Kami yakin ketika Engkau memberi dua maka insyaAllah Engkau menyertainya pula dengan rejeki yang berlipat. Mudahkanlah kami dalam menjemput rejekiMu..
Tawakkaltu ‘alalla..
Alhamdulillah, jazakillah doanya 🙂