“Aku nggak mau seperti mama” celetuknya suatu saat. Deggg… Hari ini tiba-tiba teringat kejadian satu tahun yang lalu. “Kenapa?” rasanya aku nggak bisa terima, masak anakku sendiri nggak mau seperti aku. Dan syetan merubah kalimat itu ditelingaku menjadi “Mama bukan contoh yang bagus, mama jelek, aku benci mama” Alhasil aku panik luarbiasa. Astaghfirullah…
“Pokoknya aku nggak mau seperti mama”
Kucoba menahan diri,
“Iya mama tahu, mama cuma pengen tahu apa sih yang kak Liv nggak suka dari mama?””
“Nggak enak jadi mama, capek, ribet, jelek, mama nggak seperti ibu-ibu yang lain”
“Kak Liv pengen mama seperti apa?”
“kayak ibu yang tadi malam, enaaak banget”
Pikiranku melayang pada kejadian semalam ketika kami sedang makan di salah satu resto di Margocity. Kulihat gadis kecilku melihat agak lama pada meja seberang kami. Seorang ibu dengan putri kecilnya sekitar dua tahunan dan seorang baby sitter. Ibu itu terlihat sangat cantik. Sudah aslinya cantik, ditambah make up natural dan baju, jilbab serta assesoris yang semakin membuatnya begitu cantik dan anggun. Acara makan malamnya sedikit terganggu dengan bunyi bip..bip.. dari hapenya, pencet-pencet sebentar lalu makan lagi. Kulihat putri kecilnya juga berusaha meraih piringnya, tapi dengan sigap mbak baby sitter menganggkat dan menggendongnya kemudian menyuapinya.
Sementara aku, sebelum makan aku harus menuntaskan kebutuhan perut tiga balitaku. Plus prosesi makan mereka yang sering diikuti adegan tarik sana-sini, minta ini-itu, nggak mau ini-itu, rebutan ini-itu, bahkan sampai ada adegan ke kamar mandi. Tak jarang jilbab ini menjadi korban tangan-tangan mungil ini, cipratan kuah, atau jilbab menceng, bross lepas bisa jadi kado istimewa buatku. Setelah selesai, giliran aku makan, mereka bermain sama sang papa.
Bagiku ini semacam acara muhasabah diriku yang tengah dilakukan anakku. Ya, tidak ada yang memungkiri, menjadi ibu dan istri itu rempongnya setengah mati, dari melek mata sampai nutup mata. Terkadang membuat kita para emaks sedunia nggak memperhatikan penampilan, acak adul ketika di rumah, pakai daster yang banyak lubang anginnya, mandinya nunggu kerjaan kelar semua, belum lagi sejuta keluh kesah entah kepada siapa saja yang bisa didengar oleh sang anak. Bagaimana kita memberi contoh anak perempuan kita agar kelak ketika dewasa dan berumah tangga dia bisa berbangga dengan profesinya sebagi istri dari seorang imam dan ibu dari anak-anaknya jika dalam keseharian kita memberi contoh dengan bau badan macam bawang merah, muka kucel, rambut acak-acakan, dan sederet keluhan huhhh..haahhh..aduuuhhh…idiiiihhh…
“jika dirimu (ibunya) saja tidak layak dijadikan idola oleh anakmu, lalu kamu mau menyalahkan siapa ketika dia mengidolakan perempuan lain”, nasehat sang papa.
Tidak mudah memang, merubah kebiasaan lama. Saya merasakan betul itu, mandi pagi itu perjuangan menurut saya, tampil rapi-berbedak-berlipgloss setiap hari itu bukan gue banget, menyisir rambut 3x seminggu itu sudah bagus menurutku. Belum lagi kalau ada tuntutan “aduuh mbak, bajunya biru koq jilbabnya coklat” ini adek-adek ipar saya yang semuanya laki-laki sering mengkritik gaya busana saya yang asal-asalan, kitanya paling nyengir saja, emang itu masalah ya?.
Dan, setahun yang lalu saya memutuskan
Sayalah yang harus menjadi idola buat anak-anak (perempuan) saya
Mulai dari hal yang kecil, mandi pagi (kadang masih suka kesiangan juga mandinya) lalu jangan lupa pakai pelembab-bedak dan lipgloss serta bersisir dan bedak ketek ajaib biar bau tak macam bawang 😀 .
Menahan diri untuk tidak berkeluh kesah, “aduuh baru diberesin koq sudah kotor lagi” atau “EhHeemmm, capek mama dari tadi koq berantem melulu” atau “Iya nih, anak-anakku tuh suka bikin kotor rumah, sebel banget, nggak tahu apa kitakan capek” (ceritanya ngeluh ke tetangga atau keluarga di telpon), yaelah buuk..buuk.. kalau mau cari yang suka bersihin rumah ya jangan pelihara anak, pelihara pasukan kuning aja 😛 . Atau keluhan-keluhan yang lain. Nggak mudah memang, sampai sekarang juga kadang masih keceplosan mengeluh di depan mereka, meski ketika tersadar segera beristighfar dan segera memuji kekreatifan dan menyebut berjuta kebaikan anak. Dari pada berkeluh kesah mending “yuuk, beres-beres sama mama”.
Intinya jangan tampil menderita di depan anak-anak, being happy mom and make happy children.
Ono rego ono rupo (Ada harga ada rupa)
Pepatah jawa yang artinya, setiap hal membutuhkan pengorbanan. Ada harga yang harus dibayar, baik moral maupun material. Alhamdulillah, begitu banyak kemudahan yang diberikan ALLAH, ketika berniat meresign daster buntut nan isis sepoi-sepoi yang biasa menjadi teman setia dan membeli baju rumah yang lebih bagus dan menarik, eeehh dapat kiriman bagu-baju terusan yang nyaman buat harian tanpa harus terlihat kumal bahkan terlihat anggun, ceileee 🙂 . Rejeki yang mengalir dari pintu yang tidak kita sangka-sangka.
Keberadaan fasilitas yang memudahkan pekerjaan ibu pasti turut andil mempercantik penampilan ibu, percaya deh.. 😉 Bersyukurlah kita hidup dijaman modern yang serba mesin ini. Bayangkan kalau harus mencuci di kali, masak di pawon pakai kayu bakar, setrika pakai arang, ngalusin bumbu pakai uleg-uleg dan seabreg kagiatan lain yang dahsyat menguras energi. Nggak kebayang kucelnya awak.
Dan lebih joss lagi kalau ada khadimat alias asisten rumah tangga yang membantu pekerjaan kita. Sekedar berbagi, dulu waktu nggak ada yang bantuin, saya bisa memulai nyuci jam 5 pagi dan kelar njemur jam 3 sore, fuiihh *ngelap keringat. Baju daster yang kita pakai, kering-basah-kering lagi-basah lagi- dan seterusnya. Setrika jam 2 malam, shubuh masak, dan seharian adaaaaaaaaa saja kerjaan yang nggak habis-habisnya. Sebulan begitu, langsung tepar membahana diri ini. Salut saya buat buk-ibuk yang mandiritanpa asisten, apalagi kalau dengar cerita mereka yang di luar negeri, angkat topi dah sayanya.
Surga di bawah telapak kaki ibu
Suatu ketika, saya bertanya pada Liv: “Kalau kak Liv jadi anak ibu itu,lebih suka mana disuap sama mama atau baby sitter? kalau mandi? kalau gendong?” dan semua jawabnya “mama”. Dan kamipun tersenyum bersama mensyukuri nikmat kebersamaan kami selama ini.
Tidak ada yang salah menurut saya tentang keberadaan baby sitter, ada ibu yang memang mebutuhkan keberadaannya. Hanya saja yang sering miris saya lihat, seakan keberadaan baby sitter itu menggantikan keberadaan ibu. Na’udzubilah…
Dan tidaklah AKU ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaku
Hal yang saat ini berusaha kami tanamkan pada anak-anak di tengah gempuran mode adalah tujuan berpakaian sejatinya adalah untuk tunduk atas ketentuanNYA yang pastinya ujung-ujungnya adalah untuk kebaikan kita cipataanNYA. Keberadaan aneka mode yang makin indah dimata manusia tidak boleh lepas dari hakekat tujuan kita berpakaian sebagai hambaNYA. Ada aturan yang harus dipenuhi.
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.
Discussion
No comments yet.