Sebagian teman-teman mungkin sudah membaca sekilas kisah umrohku di sosial mediaku (facebook: Bi’ru Zamzama). Eiitss…. Belum baca? (ya iyalah… siapa gue, sampek semua harus baca postinganku, wakakakk). Aku spill dikit ya…

So, kali ini in syaa Allah aku mau cerita lebih detil,dari persiapan, berangkat, selama disana, kembali, hingga berjumpa lagi dengan keluarga di Depok.
Ngapain sih pake ditulis lengkap? Jujurly faktor luarnya adalah, aku sendiri gak nyangka, beberapa teman kepo gimana persiapan meninggalkan tujuh anak dan suami selama 16 hari. Aaah iya..buat pembaca baru zamzama dot web dot aidi, perkenalkan, aku ibu rumah tangga dengan 7 anak rentang usia 5-18 tahun, 3 laki-laki dan 4 perempuan, alhamdulillah…
Faktor dalamnya, aku pengen kembali menulis lagi (coba cek webku ini, sudah lumutan karena bertahun-tahun dicuekin), dan mendokumentasikan umrohku sepertinya bisa jadi awal yang baik, selain karena bakal panjang ceritanya (jadi gak kehabisan ide, akakakwk) juga untuk dibaca anak-anakku oneday (tapi tetep bakal aku pamerin di wag keluarga, plus maksa mereka baca sekarang koq, wakakak… #thepowerofemak )
Well…demikian pembukaannya, sekarang kita masuk ke inti
Persiapan umroh aku bagi menjadi tiga hal, karena Alhamdulillah umrohku gratis, jadi persiapan dana sangat minimal sekali. Persiapan administratif (legal dokumen), persiapan perlengkapan umroh, persiapan batin, persiapan fisik dan persiapan untuk yang ditinggal di rumah.Eh gak jadi tiga bagian ternyata, tapi lima.
- Persiapan dokumen: Sudah tentu pasport dan Buku kuning. Finally memperpanjang pasport yang mati suri 13 tahun lamanya. Dikarenakan Desember 2014 terjadi kenaikan harga pasport, maka November akhir adalah due dateuntuk diriku menyelesaikan urusan pasport ini. Adapun cara mengurusnya Alhamdulillah sudah gamblang dijelaskan di websiote resmi imigrasi, bisa klik disini. FYI, jangan sepelakan antrian di migrasi ya, meski bisa mendaftar via aplikasi M-Pasport, biasanya antriannya bisa 2 pekan bahkan 1 bulan. Serius deh, apa karena menjelang akhir tahun atau emang segitu antriannya, untuk Kantor imigrasi Depok, Jakarta, Kota Bogor antriannya sampai sebulan, alamaaak… Alhamdulillah dapat di Kabupaten Bogor antriannya hanya sepekan. Jujurly ini demi biaya pasport 650.000 sampai akhir November, Desember harga naik jadi 950.000. Kek de javu, iklan apaan ini dulu yak?

Buku kuning dalam hal ini adalah Sertifikat Vaksinasi Internasional (International Certificate of Vaccination/ICV) yang menjadi bukti vaksinasi meningitis dan persyaratan wajib untuk ibadah haji dan umroh. Yang kemudian aku tahu, sekarang bahkan aplikasi kesehatan banyak yang menyediakan layanan ini.
2. Persiapan Batin, jujurly masih antara percaya- gak percaya mau ke tanah suci, merasa gak pantas dengan segala dosa. Bahkan anak pertamaku bertanya “kenapa Allah undang mama? padahal mama gak uang untuk pergi?”, kujawab “Entah, mungkin Allah tahu mama sedang futhur (iman down), mama sedang tidak baik-baik saja, makanya Allah pengen mama balik ke Dia, baik bener ya Allah”. Huwaaa… I love youuu Allah.
3. Persiapan Fisik, Hal yang lucu, disaat orang-orang biasanya makin intens olah raga menjelang keberangakatan umroh, kebalikannya karena efek euforia dan kepikiran karena ninggalin pekerjaan dan anak-anak di rumah, I just feel too much to be prepared. dari persiapan rumah, dapur, belajar anak-anak, delegasi tugas, logistik makanan anak-anak, daaan… entah apa lagi, sampek gak mood buat olah raga. Tapi Allah Maha Baik, Alhamdulillah umroh berjalan lancar.
Buat teman-teman yang mau tahu sebagaian aktivitas fisikku (yang tercatat hanya yang bareng suami olah raganya, karena aku gak telaten) bisa lihat akun stravaku.
4. Persiapan untuk yang ditinggal di rumah, believe it or not, ini adal;ah bagian teribet. Menyiapkan 9 masakan, dimana menurutku itu masih kurang karena 16 hari aku perginya, tapi apalah daya badan sudah gempor duluan, waktu makin mepet. Kemudian membagi pekerjaan rumah tanggaku ke anak-anak dan suami. Ini penting, karena anak-anak juga ada kewajiban belajar dan ada kegiatan lain, jadi pembagian tugasnya harus disesuaikan dengan kemampuan, waktu mereka dan harus jelas. Berikutnya tugas ibadah dan belajar anak-anak.
Kami, saya dan suami, membagi tiga cluster untuk ketujuh anak kami. Cluster pertama adalah cluster dewasa untuk anak pertama (18 tahun), cluster kedua adalah cluster besar untuk anak kedua, ketiga dan keempat kami (12-15 tahun), dan cluster kecil untuk anak kelima, keenam, dan ketujuh kami (5-9 tahun). Apa hubungannya cluster dengan tugas kerumahtanggaan dan belajar? Untuk cluster kecil tugasnya adalah bertanggung jawab terhadap diri sendiiri, mulai dari membereskan mainan, membereskan alat makan, membereskan tempat tidur, membereskan bukunya sendiri. Apakah sempurna? well done? Ya tentu saja tidaaak, wakakak… mereka bertiga kan anak-anak bukan robot. Ada sisi emosi, kangen mama, cari perhatian, bertengkar, Alhamdulillah masih lumrah menurutku.

Cluster besar bertugas untuk membantu cluster kecil menyelesaikan kewajiban belajar dan ibadah, seperti membantu mengerjakan PR, hafalan dan murojaah AlQuran, mengajak sholat, main. Selain itu cluster besar juga mendapat tugas pekerjaan tumah tangga seperti memasak nasi, manasin atau masak lauk, mencuci baju, bersih-bersih rumah
Cluster dewasa mendapat tugas tak jauh beda dengan cluster besar, tapi ditambah dengan sebagai penanggung jawab keberlangsungan kerumahtanggaan, melaporkan ke mama atau papa jika ada masalah.
Papa bertanggung jawab atas beberapa kerjaan tumah tangga, olahraga anak-anak, dan memastikan verything is gonna be fine.
5. Last but not least, bahkan buat aku ini hampir tersisihkan, kalah prioritas dengan persiapan untuk anak-anak, wakakka… Persiapan Perlengkapan umroh: Memahami musim adalah koentji. Karena Februari masih masuk musim dingin, maka jaket, pakaian hangat, kaos kaki, sarung tangan, topi hangat are a must. Jangan lupa bawa masker, vitamin dan obat-obatan untuk panas, batuk dan pilek (ini yang aku lupa, tp Alhamdulillah pas butuh ada saudara yang bawa). Baju ganti? Aku bawa 2 daster untuk tidur dan 7 stel baju, dengan asumsi ketika di Madinah aku harus nyuci 1 baju tiap hari, dan di Mekkah jaga-jaga jika tidak sempet nyuci karena load ibadah yang makin intens.
Sampai disini dulu ya kawan, in syaa Allah bersambung di part 2. Itinerary perjalanku.