//
you're reading...
Uncategorized

Ketika Bocahs Bertengkar

“Anak-anak gak pernah bertengkar ya mak di rumah? ”
Ya pernah lah… nyaris ngakak aku kalo ditanya begitu. Anak-anak mana coba yang kalo ngumpul tiap hari dan gak pernah bertengkar.

Mulai dari ngambek sama saudaranya, rebutan apa aja, nangis, kena tendang, kena pukul terutama kalo pas lagi guwel di kasur, tersinggung, dan lain-lain.

Alhamdulilah, banyakan akurnya koq daripada bertengkarnya. Aah… hati anak-anak gitu, begitu suci, cepat lupa keburukan orang, akur lagi deh main lagi deh. Berbeda dengan kita orang dewasa yang lebih gampang tersinggung dan susah memaafkan. Iya nggak… iya nggak? ????

Eh tapi pertengkaran yang tidak diselesaikan dengan baik bisa berakibat panjang lho… “Ayo kakak ngalah sama adek”, “Sudah ayo lekas minta maaf”, atau “Harus mau berbagi mainannya” dan lain-lain tanpa kita tahu dan peduli cerita di balik layarnya. Main hantam kromo saja, “aah, umumnya orang juga gitu, gapapa kaleees”.

“Aku benci saudaraku”
“Mama-papa gak sayang aku”
“Mama-papa tuh sayangnya ke adek”

Dan jika tersimpan lama, Na’udzu billah min dzalik efeknya bisa panjang dan ngaruh banget ke hubungan anak-ortu dan antar saudara.

Sebagai orang tua yang pernah khilaf dan masih sering khilaf hingga saat ini, paham betul betapa lidah ini berbanding lurus dengan iman, emosi dan ilmu. Tak jarang karena kewalahan, lelah, banyak pikiran (padahal gak ikut mikir hutang negara), banyak target yang belum tercapai, bikin panik dan emosi. Apalagi kalo sedang futur, duuh bawaannya tidak tenang, terburu-buru, akibatnya salah langkah. Belum lagi ditambah kurang ilmu, jadi gak mikir panjang akibat ke depannya apa.

Lha wong sedang sadar, tahu secara teori harus bagaimana saja kadang yang di kepala apa yang keluar dari mulut beda. Duuhhh….

Dan akibatnya bisa merembet kemana-mana.

Berdasarkan pengalaman dan pengamalan, jika anak bertengkar (usia anak lho ya, karena belum punya usia pemuda atau pemudi) bisa lakukan hal ini.

* Dudukkan yang punya masalah, tanya latar belakang pertengkarannya. Biasanya akan ada dua sisi yang berbeda, dan saling menyerang, tapi tak jarang dari dialog ini yang salah akan merasa salah dan minta maaf dengan sendirinya.

Saudara-saudara yang lain (ketahuan anaknya banyak qiqqiqiqiqiii) hanya boleh bicara saat ditanya oleh orang tua. Di rumah, karena anak kedua punya keterbatasan dalam menyampaikan sesuatu dan cenderung emosional, setelahnya saya menanyakan ke saudara yang netral.

** Fokus pada masalah jangan merembet kemana-mana dan break down masalahnya. Dari sini biasanya kita bisa mengenali masalah dan kebutuhan masing-masing anak. Ada anak yang mudah tersinggung karena ucapan atau verbal, ada yang lebih mudah tersinggung dengan kecean dari mimik, ada yang tidak tahan adu fisik, ada yang paling sensi kalo soal makanan, ada yang soal harga diri, macem-macem deh.

Saat itu jadikan ajang untuk mengenal karakter saudaranya, apa yang disuka dan apa yang tidak disuka. Ajak saling memahami.

*** Fokus pada solusi, bagaimana agar hal ini tidak terulang lagi adalah tanggung jawab bersama. Membiasakan bertanggung jawab, meminta maaf jika salah, memaafkan yang bersalah, saling memaafkan.

Nah, kadang karena marah dan merasa benar anak gak mau minta maaf, saudaranya menuntut permintaan maaf, makin ruwetlah dunia peranakan, waakakka. Okey, tarik nafas dulu mak, keluarkan, huufhh. Kasih waktu buat yang gak mau minta maaf “ya sudah, dipikir dulu ya salahnya dimana, coba bayangkan kalo kamu jadi dia”, trus tinggalin deh.

Buat korban, minta pengertian darinya, saudaranya butuh waktu buat mikir, ajak main korban, pisahkan. Biasanya gak akan lama koq saudaranya akan datang, minta maaf, baikan dan main lagi.

**** Adillah mak
Serius ini suseeehh…. karena yang konflik beda usia otomatis beda pemahaman. Menyuruh kakak mengalah terus bisa menjadi solusi sementara tapi seperti menciptakan bom waktu. Ada rasa tidak adil dihati yang jika dipendam bertahun-tahun bisa meledak. Ngeriii…

Tetap pahamkan mana yang benar mana yang salah, meski biasanya si adek tidak terima, nangis bahkan tantrum. Beri waktu adek untuk belajar berdamai dengan dirinya sendiri.

Jangan lupa pahamkan kakak akan usia adek sehingga adek belum paham. Benar atau salah tidak ditentukan umur tapi oleh nilai kebenaran itu sendiri.

Dengan begini adek belajar nilai benar dan salah, kakak belajar sabar pengertian dan memaafkan.

***** Time out
Ini jurus pamungkas ketika jurus lain tidak mempan. Pisahkan yang bertengkar, cabut fasilitas (mainan, buku, lego dan lain-lain), misalnya satu di ruang depan satu di ruang tengah sampai waktu yang ditentukan. Setelah waktu habis, ajak ngobrol dari hati ke hati.

Gunakan hanya jika kepepet dan kehabisan cara.

****** Orang tua adalah teladan.
Tak ada salahnya ketika kita sebagai orang tua salah bertutur, menuduh seenaknya, marah tanpa alasan, mengganggu, atau perbuatan yang bisa jadi buat kuta bercanda tapi buat anak nyelekit, maka minta maaf bisa jadi guyuran es kelapa muda di padang tandus.

Baik ibu maupun bapak, merendahkan egomu takkan merendahkan harga dirimu. Anak sadar bahwa orang tua adalah manusia biasa yang bisa salah. Dari kita mereka belajar bagaimana memperbaiki kesalahan.

Seperti kata bang haji, “orang yang baik bukan yang tidak pernah melakukan kesalahan, tapi yang menyadari kesalahannya dan memperbaikinya hahaha… cukup satu kali kehilangan tongkat cukup satu kali”. Boleh goyang jempol koq ????

******* Romantic closing
Iih kalo sudah ditahap ini emak paling demen. Anak-anak yang bertengkar dipangku meski kadang gak cukup, trus dipeluk erat, dicium kening dan pipinya, dielus-elus rambutnya, masukkan nasehat baik dan mulai ajak ngelawak. Plooong…

“Maa syaa Allah anak mama-papa yang sholeh-sholehah, Allah pasti suka melihat kalian akur saling sayang begini” dan seterusnya.

Tapi tak selamanya berakhir indah, kadang masih ada yang sesenggukan tak terima. Daah sabar aja mak… kite aja masih suka ngambekan apalagi anak-anak. Ucapkan closing nasehat baik, cium kepalanya (karena biasanya nyungsep sambil nutupin wajah) trus tinggalkan, beri waktu berpikir.

Trus… trus… habis itu gak bakal bertengkar lagi?

Ya tentu tidak… kita kan dinamis yak, hari-hari ada aja bahannya, wakakak. Siapkan sabar yang banyak di kulkas.

Anggap saja setiap pertengkaran adalah materi belajar buat kita orang tua (mikir gini keluar pas lagi waras) iya nggak?

Jaga kewarasanmu mak, karena kewarasanmu menentukan kewarasan seluruh penghuni rumah. Demi kesehatan dan kewarasan jangan begadang, makan sehat, pelihara hubungan vertikal dan horizontal dengan baik.

Kalo terpaksa begadang (ya iyalah, emak berbaby mana sih yang gak pernah begadang) maka nikmatilah episode itu. Siapkan cemilan dan kuota internet untuk menemani malam panjangmu dan keesokan harinya jauhkan timbangan badan dari hadapanmu.

*Ditulis sambil nungguin bocah berenang

Discussion

No comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


six − = 3