//
you're reading...
Ibu dan Anak

Ini Ceritaku… (Melahirkan Tangguh-Induksi)

Tangguh adalah anak laki-laki pertamaku. Hamil Tangguh sungguh lebih “menyenangkan” dalam artian tidak ada morning sickness, lemes, atau gangguan berarti lainnya. Yang terpenting aku tidak boleh lapar, jadi sebelum lapar harus sudah makan dulu 😀 karena kalo sampai keduluan lapar baru muncul pusing-pusingnya.

Selain persiapan mental, fisik dan finansial, yang tak kalah penting adalah menyiapkan kak Liv menghadapi proses kelahiran adeknya dan ketika kelak menjadi kakak. Liv yang waktu itu berusia 3,5 tahun, termasuk anak yang sangat “siap” menjadi kakak, sudah lama dia pengen punya adek sendiri, “aku pengen adek yang banyak mama, biar rame rumahnya”. Sejak dua bulan sebelum melahirkan, dia aku bekali pengetahuan sederhana tentang Rumah Sakit, bagian-bagiannya, apa yang harus dilakukannya ketika “waktu” itu datang. “Kenapa kak Liv gak boleh ikut mama?” “Ruangan melahirkan sempit, disitu ada mama-papa, dokter-para suster yang membantu mama, dan semua anak tidak boleh masuk”. Awalnya dia masih ngeyel, “Kak Liv janji deh nggak bakalan rame bla..bla..bla..”.Tapi akhirnya dia mau menunggu bersama mbahbuk (ibuku).

Dua pekan sebelum kelahiran Tangguh, ibu datang dari Lamongan demi membantuku selama proses melahirkan dan momong bayi. Mendekatkan Ibu dengan Liv juga bukan perkara yang mudah, Liv jarang sekali bertemu Mbahbuknya. Aku tidak memaksanya untuk dekat dengan Mbahbuknya, aku hanya menanamkan padanya, bahwa Mbahbuk adalah neneknya (mamanya mama), yang sangat sayang juga sama Kak Liv, jadi  tidak akan menyakiti nya.

Tangguh lahir pada hari Senin tanggal 19 Juli 2010 di RS. Mitra Keluarga Depok. Dan seperti kakaknya, Tangguh juga mendapat ultimatum yang sama dari dokter obgyn. Hari Sabtu, dengan ditemani suami, ibu dan kak Liv, aku memeriksakan kandunganku yang sudah telat seminggu dari jadwal melahirkan seharusnya. Dan seperti biasa, dokter cantik itu bilang,”Kalo sampai hari Rabu gak ada kontraksi, ibu tetap kesini kita adakan tindakan”.

Aku dan suami hanya tersenyum kecut, sementara ibuku langsung memerah matanya. Sepanjang perjalanan pulang beliau diaaaam saja. “Bu, jangan kuatir, yang dimaksud tindakan itu, dikasih obat perangsang kontraksi, doakan aja ya..”

Ahad tengah malam, kurasakan perutku mulas, hmm… masih setengah jam sekali, tenang..(yang ini karena sudah pengalaman). Selepas sholat malam kontraksi sudah 15 menit sekali dan  keluar bercak darah, kubangunkan suami, kutelpon kakakku yang berprofesi bidan. “Dibuat gerak saja, kalo sudak lima menit sekali bawa ke RS” begitu pesannya.

Cucian seember kusikat, sarapan dan makan siang kusiapkan (waktu itu belum ada khodimat), bekal kak Liv, papanya dan mbahbuk di RS sudah siap. Selepas sarapan (karena kalau sebelum sarapan pasti nggak “kolu” sarapan) aku bilang ke ibu kalo kita kita akan ke RS. Beliau kaget, “jadi tadi nyuci dan masak itu sudah…..” 😀

Ternyata sudah bukaan empat kata suster yang menolongku. Ditunggu sejam tidak ada perubahan bukaan maupun kontraksinya. Dengan persetujuan dokter akhirnya disuntikkan induksi lewat infusku. Sepuluh menit kemudian, punggungku terasa sakit sekali, panas, bagaikan patah semua tulang-tulangku “sakit sekali pa.. lebih sakit dari waktu Liv dulu”. Dengan penuh kasih sayang, Mas Dhanank menggosok-gosok punggungku, “Sabar ma, istighfar ya.. ini jagoan ma, kamu harus kuat, kak Liv menunggu di bawah”.

Akhirnya setelah sejam menahan sakit yang lebih sakit dari melahirkan sebelumnya (mungkin karena induksi). Tangguhku yang gagah lahir ke dunia, dokter meletakkan didadaku untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini) sesuai dengan permintaanku sebelumnya. Kulitnya coklat (seperti aku) rambutnya tebal, bahkan ujung alisnya sampai menyetuh rambut atas telinga, tangisannya keras, hanya saja yang membuatku sedih, cairan ketubannya tidak sejernih Liv dulu. Cairannya berwarna hijau, karena terlalu lama di kandungan.

Baby Tangguh

Syukur alhamdulillah, cairan ketubannya gak ada yang tertelan Tangguh kecilku. Mimik ASInya sangat kuat sehingga badannya montok sekali. Gak percaya? nih fotonya..

Discussion

No comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


− four = 2