Nak, andai aku ibumu, takkan sanggup kutatap wajah dunia.
Nak, andai aku bapakmu, tertunduk malu aku pada penciptaMu.
Nak, andai aku tetanggamu, takkan sanggup aku menertawaimu.
Nak, andai aku gurumu, bagaimana akan aku hapus arang yang mencoreng wajah pendidikan.
Nak, andai aku kepala sekolahmu, masih layakkah aku?
Nak, andai aku menteri pendidikan, buat apa setumpuk undang-undang, peraturan-peraturan itu?
Nak, andai aku presiden, tertundukku dihadapan dunia, dihadapan Rabbku.
Nak, terima kasih telah memberi pelajarannya hari ini…
Nak, terima kasih untuk mengingatkan kami para ibu agar tak sibuk menggosip, bergadget ria, lalai akan titipanNya, lalai untuk bercanda dengan kalian.
Nak, terima kasih untuk mengingatkan kami para ayah agar tak terlena akan kewajiban mencari nafkah, akan jabatan dan amanah yang kami emban. Hingga kami lupa main perang-perangan denganmu.
Nak, terima kasih untuk mengingatkan kami para tetanggamu yang lalai menciptakan lingkungan bermain yang beradab, yang lalai dan berkata “aah… bukan anakku juga”.
Nak, terima kasih untuk mengingatkan kami para guru, tak perlulah terlalu terbuai dengan angka-angka palsu pemuas syahwat mata dan kesombongan.
Nak, terima kasih untuk mengingatkan kami para kepala sekolah yang lama terbuai dan sibuk dengan status sekolah hingga lupa arti mendidikmu.
Nak, terima kasih untuk mengingatkan aku menterimu ini, sistem seperti apakah yang sedang kami bangun, yang yang gila nilai dan pengakuan hingga lupa akhlakkah?
Nak, terima kasih untuk mengingatkan kami pemimpinmu, presidenmu, sungguh Allah sangat cinta Indonesia, tak dibiarkannya kami lalai dengan hiruk pikuk politik yang menyesakkan dada. Tak tanggung-tanggung Allah tunjukkan didepanku, presidenmu ini nak.
Maka sangat tolol jika kami anggap ini guyonan, maka sangat bodoh jika kami abaikan, maka sangat lalai jika anggap baik-baik saja
Jadikan kami hambaMu yg pandai mengambil hikmah.
*miris dengan video itu.
Discussion
No comments yet.