//
you're reading...
Uncategorized

Kontraksi Tanpa Mules (pengalaman melahirkan anak ke enam)

Percayalah, seberapa sering engkau melahirkan, maka setiap prosesi melahirkan tetap akan selalu menjadi the first specific moment, kagak ada duanya.

Meski lebih santai atas nama pengalaman, ciyeee… Tapi galau persiapan detik-detik melahirkan gak kalah seru dibanding persiapan detik-detik kemerdekaan. #halah

“aah.. gampang, sudah anak keenam juga”
“yakin deh lancar, jalannya sdh kayak tol”

Bahkan tenaga medis yang membantu persalinan juga “santai aja bu, kan sudah hafal caranya”. Langsung aku jawab “semoga aja, cuma saya o’onnya kambuh kalo sudah naik di bed persalinan” eeh.. mereka malah ngakak.

Kamis tgl 21 Desember 2017, untuk kesekian kalinya kontrol kehamilan rutin. Memasuki pekan ke 38 kehamilan, berat janin sudah mencapai 3300 gram. Padahal sejak umur kandungan 7 bulan saya sudah diet rendah kalori, karena berdasarkan pengalaman hamil yang sebelum-sebelumnya juga begitu.

Waktu hamil anak kelima, usia kandungan 8 bulan, BB saya turun 500 gram, eeh Alhamdulillah janinnya naik 600 gram. Pun saat adeknya lanang ini, BB saya turun 600 gram, BB janin naik 400 gram. Alhamdulillah, positif thinking saja, Allah memudahkan anak mama menyerap zat gizi. Mamanya lah yang harus menahan nafsu makan yang makin menggila di usia kehamilan yang menua. hahaha..

Gimana dietnya selama hamil? Apalagi hamil tua. Entar kapin-kapin dibahas, in syaa Allah.

Apalagi dengan riwayat kehamilan yang selalu melebihi batas waktu (42 weeks) , dikuatirkan ketika lahir BB bayi besar dan menyulitkan proses lahiran. Maklum, emaknya bayi sangat takut dengan kata operasi. Bukan apa-apa, membayangkan ngilu tulang punggung disuntik, trus perut dibelah, dan setelah itu harus ekstra hati-hati dengan luka operasi yang very-very fragile. Gak boleh angkat berat, gak boleh capek, ditambah lagi luka operasi yang perawatannya lebih ribet dari ngerawat bayi. Maa syaa Allah pengorbanan ibu yang luar biasa.

Saya hanya mampu berdoa smoga bisa lahiran normal, cepat pulang ketemu anak-anak, dan beraktifitas kembali.

Kembali ke laptop…
Ternyata dari hasil periksa dalam, sudah bukaan satu, bisa cepet bisa lambat, perkiraan dalam satu minggu ini bayi lahir, begitu kata bu dokter.

Ditunggu satu… dua.. tiga hari gak ada mules-mulesnya sama sekali, bahkan dipake senam hamilpun biasa-biasa saja. Bikin yayangku bingung takut ninggalin rumah. Dan sekalinya ke data center, kalo di wa cepet banget responnya, “wes mules?”. wakakakk… yes!! kapan lagi bikin si dia kepo tingkat tinggi kayak gini.

Hingga hari ke enam, tak ada sakit kontraksi yang kurasa. Padahal hari ketujuh harus kontrol lagi, untuk melihat kondisi janin yang selama seminggu sudah bukaan satu.

Ditambah, dua hari ini lanang panas batuk pilek. Hari keenam itu, aku minta diantar memeriksakan lanang ke dokter. Padahal aku termasuk ibu yang woles saja, kalo panas digosok minyak+bawang, kalo batuk pilek minum madu dan diuap hangat, dijemur di matahari pagi. Intinya disabar-sabarin aja, in syaa Allah akan sembuh meski tak secepat obat kimia.

Membayangkan lanang yang dua hari terakhir susah tidur, betapa kasihannya lanang dan mbahbuk kalo lanang masih sakit dan aku tidak ada di rumah.

Qadarullah, sepulang dari dokter anak, ada flek lendir kecoklatan. Suami pengen cepat bawa ke rumah sakit tapi aku tahan. “lihat kontraksinya dulu, dan lihat kondisi lanang”. Namanya juga emak-emak, gak mau rugi, pengennya semua beres dulu. Hihihi…

Setelah minum obat, lanang tidur pulas hingga sore hari, panasnyapun mulai turun, Alhamdulillah…

Langkah berikutnya menyiapkan kak Liv sebagai anak tertua, what shoud you do. Ditambah lagi dengan aturan minum obat buat lanang, karena ada yang 2x sehari, ada yang 3x sehari dan ada yg diminum hanya ketika panas (lanang punya riwayat kejang demam sehingga ketika panas kurleb 38 derajat celcius, selain penurun panas juga harus minum obat anti kejang). Selain itu juga kak liv berlatih menggunakan oxycan (oxigen kaleng) buat lanang jika dibutuhkan.

IMG_20180221_192204

Sementara mas Tangguh dan kakak X2 aku wanti-wanti, untuk membantu mbahbuk, kak liv dan bu war (khadimat) menjaga lanang selama mama di rumah sakit, banyak-banyak sabar main sama lanang ya… (soal melahirkan dan lain-lain sudah didiskusikan jauh-jauh hari).

Maghribpun berlalu, isya’ datang masih belum ada mules sama sekali. Dokter obgyn meminta untuk ke rumah sakit secepatnya, takut mbrojol di jalan, karena bisa jadi tanpa mules tapi kontraksi rahim tetap ada (baru tahu, bisa ya?). Apalagi sudah keluar flek dan memang sudah waktunya.

Aku tetap bersikukuh menunggu lanang bobok dulu. Alhamdulillah jam 11 malam lanang sudah bobok dan ada getaran halus di perut bagian bawahku. “Masih kurang ini, bukan begini sakitnya”, kutunggu hingga jam 12, getaran halus itu datang tiap 15 menit sekali. Tapi lagi-lagi tidak sesakit yang dulu, aku masih bisa beraktifitas, ngobrol dan lain-lain. Jam setengah 1 kami memutuskan berangkat ke rumah sakit, yang ternyata sudah bukaan 4-5. Setengah jam kemudian bukaan bertambah menjadi 5, tapi mulesnya masih berupa getaran halus saja.

Oleh tenaga medis disarankan tidur miring ke kiri, lambat tapi pasti getaran itu makin kuat, tapi belum cukup. Hingga bukaan mencapai 7 ke 8, gelombang cinta itu datang. Rasa mules, sakit dari tulang punggung ke perut hingga organ intim yang luar biasa. “Gimana rasanya bu?” “sedaapnya suster” jawabku.

Bukaan 8 ke 9 emak sudah nggak bisa diajak becanda lagi, lu senggol gue bacok, wakakak… keringat sudah sebiji nangka, nafas putus-putus pendek karena menahan sakit yang semakin intens datangnya.

Allahu Rabbiii… sekiranya rasa sakit ini bisa menghapus gunung-gunung dosa hamba. Meski tentunya tak sebanding. Ampuni aku ya Rabb…

 

IMG_20180113_203117_HHT

Hingga lahirlah Bramantyo Ibadurrahman AlFaruq pada tanggal 28 Desember 2007 Lima menit setelah adzan shubuh.

Salah satu tantangan terbesar ibu ketika melahirkan adalah menahan diri untuk tidak mengejan jika waktunya belum tiba (bukaan 10). Semules apapun perutmu, seberapa lelahnya dirimu, seberapa inginnya segera menimang bayimu. “IKUTI KATA TENAGA MEDISMU”.

Karena mengejan saat belum waktunya menyebabkan pembengkakan jalan lahir, yang otomatis menambah rasa sakit saat proses melahirkan dan yang lebih parah bisa menyebabkan pendarahan.

Disaat seperti ini berasa betul manfaat senam hamil dengan olah nafasnya.

Salah duanya adalah, seberapa luar biasa sakit kau rasa, jangan buang-buang tenaga dengan teriak-teriak, “emak, bapak, mbokne, mas bojo, loro kabeh ikiiii….”. It’s useless, gak ada gunanya, malah bikin bete yang nolongin, dan bikin pasien lain pengen nimpukin kamu pake tabung oksigen.

Nikmati saja sebagai sebuah keniscayaan, terima saja dengan harapan sebagai penggugur dosa.

Melahirkan adalah sebuah prosesi besar dalam peradaban manusia, prosesi sakral yang tugasnya takkan mampu digantikan mesin paling canggih di dunia sekalipun.

Melahirkan bukan cuma sekedar memanen anak manusia hasil tandur sperma kepada ovum yang sekarang bahkan bisa dilakukan teknologi modern.

Melahirkan bukan hanya soal memperbanyak jumlah umat manusia. Karena kalo iya, apa bedanya kita dengan binatang.

Melahirkan adalah sebuah jihad besar, dimana saat-saat itu nyawa berasa di ujung tanduk, tulang-tulang punggung berasa patah semua, isi perut seperti saling berlomba ingin keluar, dan organ intim kemaluanmu harus menerima menjadi sansak tinju kepala bayi dan obok-obok tenaga medis.

Rahimmu dipaksa kontraksi, hingga rasanya patah semua tulang tubuhmu. Perutmu di bedah, dan kau harus menikmati gelombang rasa yang bagai tsunami menerjang tiada habisnya.

Melahirkan adalah prosesi kepasrahan jiwa dan raga kepada Sang Pencipta. Bukan soal hebatnya tenaga medis, canggihnya teknologi kedokteran, hebatnya ibu atau seberapa pengalamannya si ibu.

Sehingga perjuangan dalam bentuk apapun oleh ibu bernilai jihad di sisiNYA.

*entah kenapa tiba-tiba inget seorang seleb yang membela LGBT dan bilang untuk melestarikan kehidupan manusia mereka bisa sewa rahim perempuan lain. Huuh… Coba dia ngerasain melahirkan itu kayak apa. Mau pup trus bedegelen alias kontipasi aja sakitnya amit-amit, keringatan gak karuan, gitu koq belagu pake acara sewa rahim.

Discussion

No comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


six − 5 =