//
you're reading...
Ibu dan Anak, Public Health

Cerita Air Susu Ibu Untuk Bayi Kembar

Eh, gimana tuh rasanya menyusui bayi kembar? Gimana caranya? aduh nggak kebayang deh. Beberapa teman bertanya baik lewat wallnya fesbuk maupun japri atau tatap muka langsung. Rasanya tak habis-habis kekagumanku akan ciptaan ALLAH yang satu ini. Dimana aku merasakan banyak hal luar biasa dan manfaat yang besar untuk anak-anakku pastinya dan untuk diriku sendiri. Soal manfaat ASI jangan ditanya lagi, banyak penelitian dan jurnal yang sudah membuktikan, dan rasanya tak perlulah aku tulis disini.

Tapi sekilas berkabar, Alhamdulillah anak-anakku tumbuh sehat dan cerdas, mereka termasuk balita yang jarang sakit. Dan kalaupun sakit cukup dengan madu, habbatussauda’, makan bergizi dan bersenang-senang (jalan-jalan) sudah menjadi obat mereka. Cerita menyusui memang serasa tidak ada habisnya, nggak percaya? coba nimbrung obrolan ibu-ibu pasti ada aja cerita tentang pengalaman seru menyusui, mulai dari bengkak dan rasa sakit yang dialami ibu, anaknya susah bahkan doyan mimik, sampai pengalaman ibu bekerja yang harus memompa air susunya setiap waktu.

Kalo bayi kembar? artinya beban sang ibu menjadi dobel, everything, ya menyusuinya, ya merawatnya, ya tingkah polanya, tapi yang paling asyik adalah dobel makannya. 😀 Sampai-sampai lebaran kemarin ditanya adek, “mbak, dulu banyak makan katanya karena hamil, habis itu menyusui, habis itu hamil trus nyusui, gitu terus. Lha kalo sekarang makan banyak buat apa?” aku jawab “Buat persiapan hamil”. Kakaknya yang satu ini memang jago ngeles, apalagi kalo soal makan 😛

 

>>Usia kurang dari 2 bulan<<

Selama tiga kali melahirkan, hal yang membuatku sedih adalah aku tidak pernah bisa langsung menyusui bayiku. ASIku tidak keluar, sama sekali. Bahkan tanda-tanda payudara siap menyusui tak kudapatkan, tak ada bengkak ataupun rasa tidak nyaman yang biasa dialami ibu-ibu yang hamil tua ataupun setelah  melahirkan, apalagi keluar cairan, gak ada sama sekali. Trus gimana dong? Setelah berkonsultasi dengan dsa, mereka menganjurkan untuk tetap neteki, keluar ataupun tidak ASInya, itu akan merangsang payudara untuk berproduksi, setelah itu baru diberi susu formula. Jadi setiap waktu menyusui bayi akan aku susui sampai terlihat lelah untuk menyedot baru setelah itu diberi tambahan susu formula selama ASI belum keluar. Memang kebutuhan ASI bayi baru lahir belum banyak, mereka hanya butuh kurang lebih 5ml atau sesendok makan ASI setiap waktu menyusui dikarenakan ukurang lambung yang masih kecil. Seiring dengan pertumbuhannya kebutuhan ASI akan semakin besar.

Barangkali ada teman-teman (terutama teman-teman konselor dan aktivis ASI) yang akan memprotes kebijakan kami. It’s Okay, ini kami lakukan dengan kesadaran penuh, dimana payudara saya sama sekali tidak mengeluarkan cairan dan tidak ada tanda-tanda siap menyusui. Kami (saya dan suami) tidak mau mengambil resiko kalau-kalau bayi kekurangan cairan dan bisa berakibat penyakit kuning (jundice).

Dokter kandungan saya sampai “gemes” sudah diberi semacam lancar ASI masih juga belum keluar, sampai dosisi lancar ASInya dinaikkan plus tak lupa menjaga asupan gizi yang masuk. Padahal saya termasuk ibu-ibu yang doyan makan, apalagi sayuran, ngembek kata suami. Plus treatment payudara setelah trimester ketiga kehamilanpun tak membantu banyak. 🙁

ASIku biasanya keluar setelah hari ketiga, dan kemudian lancar jaya hingga masa penyapihan. Setelah ASI keluar? bye..bye sufor, sufornya diminum si kakak atau kuminum sendiri, kan sayang kalau dibuang, mahal pula harganya 😀

Cerita sedih ketika lahiran putri pertama kami, ASI tidak keluar selama lima hari, sedih sekali jangan-jangan aku termasuk perempuan langka yang tidak bisa memproduksi ASI, begitu pikirku. Ketika itu aku dibawa pulang ke rumah orang tua di Lamongan. Sudah menjadi tradisi disana, kalau setelah melahirkan harus diurus dukun pijat. Setiap hari dukun pijat datang memijat badan saya, katanya biar capeknya hilang dan segar kembali plus ramuan rempah jamu yang membuat harum seisi rumah. Duh, jadi pengen gitu lagi kalo melahirkan. Ibu dukun pijat ini kemudian menyarankan untuk pijat payudara, rasaya sakit tapi insyaALLAH manjur katanya. Akupun mengiyakan, everything deh yang penting bisa menyusui bayiku.

Olala… pemirsa, sakitnya luar biasa. Pijatan dilakukan dibawah ketiak hingga menuju payudara. Atas kebesaranNYA, pagi dipijat sore sudah keluar ASInya. rasanya luar biasa senang. So, never give up mom… Terus berjuang dan berbaik sangka pada Sang Pencipta ASI.

Balik lagi ke topik awal, menyusui bayi kembar, (kepanjangan intronya, tapi tetep semoga bisa diambil hikmahnya), selama usia bayi kurang dari 2 bulan itu masih termasuk mudah menurut saya. Meski kalau dilihat hal itu sangat sulit, ribet dan sering membuat yang melihat merasa iba, kasihan, terharu bahkan terkagum-kagum koq bisa ya?

Ilustrasi menyusui bayi kembar. Posisi favoritku no.2 dan 3 dari kiri-atas

Untuk memudahkan proses menyusui bayi kembar, gunakan bantal letter U. Caranya ketika akan menyussui, ibu duduk dan lingkarkan bantal U ke perut ibu, belakang punggung beri bantal sebagai sandaran agar pundak ibu tidak capek apalagi kram, selain itu agar ibu merasa nyaman dan tidak mengganggu postur punggung ibu (punggung ibu tidak melengkung). Silahkan atur sedemikian hingga agar ibu dan bayi merasa nyaman. Pastikan tidak meninggalkan kompor sedang menyala atau melakukan hal lain yang bisa mengganggu proses menyusui. Karena selama menyusui, ibu dilarang (baca: tidak bisa) mobile kemana-mana. Ada baiknya kalau ada pihak keempat yang membatu pekerjaan lain. Biarpun diawal kelahiran X2 ada bude yang membantu pekerjaan di rumah, ya tetap saja banyak nyambinya kalo lagi menyusi. Karena si kembar X2 sudah punya dua kakak, mau tidak mau aku biasa menyusui sambil membacakan cerita, bermain bahkan belajar bersama si kakak, sambil sesekali mengajak tersenyum dan menyapa adek kembar.

bantal U, ada banyak ragamnya. Ini saya ambil dari www.jadeflowerbabyshop.blogspot.com. Karena punya saya lagi dipake tidur, dan kalo nunggu entar aja, takutnya tulisan ini bakalan jadi draft aja.

>>Usia 2 bulan hingga 6 bulan<<

Saya menyebutnya sebagi saat tersulit dalam menyusui. Bukan karena menyusui dua kali yang bikin sulit, bukan karena aku harus makan banyak (eh, cukup) supaya ASI lancar tapi BB tetap stabil yang bikin sulit, Bukan karena masa menyusui yang lebih lama dan otomatis memakan waktu yang lain yang bikin sulit, bukan juga karena bangun malam yang lebih sering melainkan di usia dua bulan ini bayi sudah tahu mana posisi yang enak dan nyaman buatnya dan mana yang kurang enak. Awalnya aku juga nggak ngeh kenapa setiap disusui tandem (bareng dua bayi sekaligus) keduanya berontak nangis, diperiksa popok, baju dan lain-lain baik-baik saja. Ada saja ulahnya, tangannya mendarat ke muka saudaranya, nyakar-nyakar, juga kakinya nendang-nendang.

“Subhanallah… kalian ternyata sudah tahu ya, menyusui dengan berbaring miring sambil dipeluk mama (kelon) itu jauh lebih nikmat dibanding menyusu bareng. Mama sih nggak ada keberatannya koq asal kalian mau gantian, dan nggak boleh rewel selama nunggu giliran”. Emaknya ngoceh sendiri, dan bayi-bayi itu, keduanya nangis jejeritan, minta mimik ASI saat itu juga tapi nggak mau tandem mimiknya. Gimana coba? trus mama disuruh milih? pilih kakak dulu atau adik dulu. Ya ALLAH nak, berat untuk mama memilih diantara kalian. Dan ini terjadi hampir tiap malam.

Jika bayi tunggal umur diatas dua bulan begadangnya mulai berkurang, maka untuk bayi kembar masih terus begadang dan bahkan semakin menjadi begadangnya. Tapi kalau sudah begini, mama memang harus memilih, bisa berdasarkan siapa yang lagi gak enak badan, siapa yang memang dari tadi belum menyusu, atau giliran saja, tadi xandra yang duluan berarti sekarang Xandria yang duluan. Dan yang nggak kebagian susu harus mau digendong papa. Pernah nyoba ASI taruh di botolpun nggak membuat tangisnya berhenti, ketika kantuk sudah menerjang, dot bukanlah solusi, mungkin begitu pikiran mereka 😀

Pernah main ke rumah uti-kung di Bandung, ketika tangis X2 nggak berhenti uti masuk kamar dan mengambil salah satu bayi dan menenangkannya meski tak berhasil. Sayup kudengar utinya bilang: “sabar ya kakak (waktu itu yang diambil Xandra) adek lagi mimik mama, sebentar lagi kakak yang mimik, Xandra kan kakak, mau ngalah ya sama adek” eh sejurus kemudian kudengar isak tangis uti “oalah yo nduk, berat banget jadi anak kembar, lha wong jadi kakak cuma beda tiga menit aja disuruh ngalah”.

Dan lambat laun, aku dan si kembar mulai belajar untuk mengatasi masalah ini. Aku tidak boleh panik dan terus ucapkan kalimat positif, yakin mereka akan mengerti suatu saat, dan tak lupa berdoa memohon kepada Sang Pemberi kemudahan, Sang Pemilik Hati

Ketika kita sebagai ibu panik, takut, grusa-grusu, yakinlah itu akan membuat bayi tidak cepat tenang dan tidur. Ketika kita menyusui bayi dengan kondisi batin pengen cepat selesai karena ditunggu (baca: tidak tega) dengan bayi lainnya, hal itu membuat jantung kita berdegup kencang, bahasa tubuh kita seolah ingin lari meninggalkan bayi yang sedang kita susui dan pastinya membuat bayi tidak nyaman, tidak cepat tidur bahkan tetap menangis.

Saya sudah pernah mengalaminya, dan memang berat sekali, tapi tetap harus dilalui dan dari itu semua kita belajar menjadi lebih baik. Berhati-hatilah dengan lisan yang mengeluh “aduuh, koq belum tidur juga sih, kasihan tuh si kakak”,”cepetan dong tidurnya”, “Kamu nakal sekali sih, nangis terus dari tadi”. Jangan dikira bayi tidak mengerti apa yang kita ucapkan, mereka adalah pembelajar ulung. Sebaiknya ucapkan kalimat positif “Adek anak baik, mau bergantian menyusunya”, “mama sayang adek”, “mama disini untuk adek”, “mama senang sekali kalo adek mau mimik bareng lagi”.

Dan ketika siang hari dan dalam kondisi tidak mengatuk, bisa dijadikan momen untuk mencari posisi yang pas untuk mereka berdua. Untukku dan X2, kami mendapatkan posisi yang pas seperti gambar no.3 diatas, bedanya karena badannya semakin memanjang dan begitu juga kaki dan tangannya, they need more space, X2 tidak lagi naik ke perut dan dada mama (tangannya bisa nyampe kesaudaranya) dan mama tidak dalam posisi duduk. Posisi mama tidur terlentang, kepala diberi bantal, begitu juga pundak kanan-kiri hingga tangan diganjel (dari tadi mikir bahasa Indonesianya gak nemu, malah gak kelar-kelar nanti tulisannya) bantal, terutama dibagian pundak posisinya lebih tinggi agar bayi mudah menyusui dan tidak tersedak. X2 tiduran diatas tangan  dan menyusui. Tak lupa kupuji kemauan mereka untuk berbagi, gak ada yang nangis sambil diselingi nyanyi kecil.

>>Usia 6 bulan hingga 2 tahun<<

Ini usia yang sangat menyenangkan untuk menyusui. Seiring  dengan semakin bertambahnya usia bayi semakin bertambah pula kepintaran mereka. Di usia ini bayi sudah mulai ongkong-ongkong bahkan ada yang sudah merangkak. Ketika mereka butuh ASI mereka akan segera datang ke mama, dan minta mimik. Bahkan kalu barengpun posisinya sudah seenak dan senyaman mereka. Ada yang rebahan, ada yang nungging, ada yang pantatnya ditaruh dimuka mama, hahaha…  I love this moment.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan…
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan

~ALLAH Ta’ala dalam QS: Al-Insyirah 5-6~

 

>>Usia diatas 2 tahun<<

Menjelang Ramadhan X2 genap 2 tahun, jadi Ramadhan ini aku gunakan sebagai masa pre-penyapihan. Dalam kondisi puasa tentunya ASI tidak selancar seperti hari biasa, tapi dua bocah ini masih nggak mau lepas juga. Ya, aku tahu yang dibutuhkan selama proses penyapihan bukanlah ASI yang tidak lancar atau sedikit melainkan konsistensi dan kesabaran kita sebagai orang tua untuk mengajarkan mereka lepas dari ASI.

Untuk menyapih satu bayi bisa jadi kita bisa melakukannya seorang diri tanpa membutuhkan bantuan orang lain, meski kadang juga banyak cerita harus ke dukun, kyai, atau diungsikan ke rumah nenek agar anak lupa (baca: lepas) dari ASI. Tapi, Alhamdulillah tanpa itu semua kami bisa melewati masa penyapihan ini. Bahkan anjuran untuk memberi kunyit atau obat merah pada nipple tak kuturuti, “Ini mimik mama sedang berdarah”, atau “mimik mama sekarang pahit lho” begitu anjuran beberapa orang. Tapi menurutku itu pembohongan dan pembodohan yang sengaja atau tidak dilakukan orang tua. Padahal mereka menuntut anak-anaknya untuk berlaku jujur tapi kebohongan sudah diajarkan sejak kecil.

Trus, gimana caranya menyapih bayi kembarku?

Penyapihan kulakukan tepat 1 syawal kemaren, ketika hari raya Idul Fitri. 1 syawal kuanggap hari yang baik untuk memulai ini karena selain hari suci, juga Sang papa dalam kondisi tidak padat kerjaan, kami tidak mudik kemana-mana, stay on depok.


Pre-penyapihan yang sudah dilakukan waktu Ramadhanpun disyahkan dengan full-penyapihan di bulan Syawal. Gampang sekali? Nggak rewel kah?… Kata siapa nggak rewel? Total dua pekan kami begadang, pekan pertama begitu menyiksa, X2 baru tidur diatas jam 2 pagi, dan tiap setengah sampai satu jam bangun nangis minta “mimik mama”, bergantian maupun barengan. Pengalihan isupun kami lakukan, mengganti dengan susu kotak, air teh, air putih, dan hasilnya mereka tetap nangis minta “mimik mama”. Rasanya pengen menyerah, badan gempor kurang tidur plus dada sudah terasa nggak nyaman, karena biasa dimimikkan ke X2 sampai meriang rasanya plus melihat anak-anak nangis pengen bilang “ya sudah, nih mimik lagi”. Aah, nggak boleh menyerah.

Pekan kedua lebih ringan, waktu itu kami silaturrahim ke rumah uti-kung di Bandung, X2 mulai beradaptasi dengan hidup tanpa ASI #halah. Bangunnyapun tidak sesering pekan pertama. tapi sepulang dari bandung, kambuh lagi tidur diatas jam 2 dan bolak-balik bangun.

Ada cerita seru dibalik layar sebenarnya yang bisa jadi ini musibah bagi sebagian orang. Namun dari musibah itu kami mendapat kemudahan penyapihan. Cerita berawal dari awal ramadhan , ketika Liv pulang ke rumah dalam keadaan rambut dikepang padahal berangkat main rambutnya diurai. “Tadi dikepang sama mamanya anu”jelasnya. Padahal aku tahu benar anu dan saudara-saudaranya punya kutu rambut.

Eeh beneran, selama ramadhan kak Liv  garuk-garuk, dan hasilnya memang ada kutu dan telurnya di rambut Liv. Hampir tiap ada waktu longgar kugunakan untuk mencari kutu. Menjelang hari raya, Liv bebas dari kutu, tapi sekarang yang garuk-garuk ganti Mas Tangguh, Xandra, Xandria dan mama. Kesel banget rasanya, nih kutu ngerjain banget sih. Hal yang tidak mungkin mencari kutu rambut ketika tiga bocah ini masih terjaga, pentalitan sana-sini, gak mau dipegang kepalanya. Alhasil pencarian kutu dilakukan malam hari ketika mereka bertiga terlelap.

Suatu ketika kudapat kutu besar di rambut Xandra, aku tunjukkan “ini namanya kutu, ada dirambut Mas Tangguh, Xandra dan Xandri, bikin gatel nggak enak banget. Kalian mau ada kutu dirambut? kalo tidak mau, mama ambilin ya kutunya biar pergi, tapi jangan banyak tingkah, kalian harus tiduran”, dan seringnya mereka ketiduran ketika diambilin kutunya, qiqiqiiii.

Kutu rambut

Maka kehadiran kutu-kutu itu menjadi berkah tersendiri buat kami, mempermudah membobokkan Xandra-Xandria. Dan berita baiknya adalah sekarang X2 sudah lepas ASI dan kami sudah bebas kutu rambut. Alhamdulillah…

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyapih bayi kembar adalah:

  • Jika tidak ada uzur yang syar’i, penyapihan dilakukan setelah dua tahun usia bayi.
  • Proses penyapihan dilakukan bertahap, dengan mengurangi frekuensi, atau ketika bepergian dan ke rumah orang tidak menyusu, kan malu misalnya.
  • Mengenalkan dengan ragam minuman lain, yogurt, susu formula atau susu UHT.
  • Interony adalah: “eh, kak Liv hebat ya sekarang nggak mimik mama lagi, kak Liv kan sudah besar” misalnya.
  • Proses penyapihan dilakukan ketika mereka dalam keadaan sehat
  • Proses penyapihan dilakukan berbarengan
  • Perhatikan pola makan dan kebutuhan gizinya, bila perlu tambahkan cemilan sehat, karena biasanya dalam proses penyapihan anak menjadi tidak doyan makan
  • Anak usia dua tahun sudah bisa diajak komunikasi, katakan dengan baik bahwa sekarang mereka semakin besar sama kayak kakak  (atau anak lain yang mereka suka) nggak mimik mama lagi.
  • Sadari penyapihan bukanlah proses instan, anak telah terbiasa menyusu selama dua tahun pertama hidupnya, maka bukan hal yang mudah bagi mereka untuk melepaskannya, Stay istiqomah.
  • Lakukan pengalihan isu dengan mengajak bermain, atau memberi minuman lain.
  • Jangan terpancing emosi, kondisi fisik ibu yang lelah, kurang tidur, menghadapi anak-anak rewel belum lagi tuntutan pekerjaan lain bisa membuat emosi tidak stabil. Perbanyak istighfar.
  • Jangan melakukan pembodohan dan pembohongan dengan bilang mimik mama bernanah, mimik mama  pahit, dan lain-lain. Ingat apa yang kau tanam itu yang kau panen kelak.
  • Ada kalanya mereka mencoba meminta lagi, ingatkan dengan mengajaknya berdialog”adekkan sudah?”| “besar”| “nggak mimik?”| “mama” | “kayak?”| “kakak dan mas”, misalnya.
  • Jauhkan prasangka jelek ke diri sendiri, “jahat sekali aku, anak minta mimik aja nggak dikasih”. Ingat ibu telah memberi yang terbaik selama dua tahun ini, dan memang yang dibutuhkan bayi dari ASI adalah dua tahun itu. Suweerrr, hal ini seringnya menjadi penyebab gagalnya proses penyapihan.
  • Kerjasama dengan anggota keluarga lain akan sangat membantu, ayah, kakak, kakek-nenek.

And We have enjoined upon man [care] for his parents. His mother carried him, [increasing her] in weakness upon weakness, and his weaning is in two years. Be grateful to Me and to your parents; to Me is the [final] destination. (QS: Lukman:14)

 

Discussion

No comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


five − = 3