//
you're reading...
Home Education

Apa Kabar Membacamu Kak Liv

Kemaren saya mendapat sms dari seorang teman yang kurang lebih isinya menanyakan sampai dimana kemampuan membaca kak Liv. Dan sms ini bukan yang pertama kali, pertanyaan serupa juga kudapat via telpon, inbox dan YM. Sungguh luar biasa kepedulian orang tua sekarang terhadap kemampuan membaca anaknya. Saya sangat terkagum-kagum jadinya :). Dan saya jawab, “Alhamdulillah masih proses belajar terus”

Sebagai ibu dari homeschooler, jujur saya mengalami banyak jatuh bangun (koq jadi inget Meggy Z.), kadang gagal kadang berhasil dalam menerapkan metode belajar buat anak-anak saya (Kak Liv dan Mas Tangguh). Tidak hanya dalam belajar membaca, menulis, dan berhitung, belajar naik sepeda, belajar maen lego, mewarnai dan lain-lain juga. Itupun terkadang metode yang berjalan buat kak Liv belum tentu bisa dipake buat Mas Tangguh. Cuma enaknya saya tidak perlu buru-buru dikejar kurikulum, children oriented aja.

Semua orang tahu dan pasti sependapat, bahwa membaca sangat penting dalam proses belajar selanjutnya. Barangkali ada yang menyanggah, “Ribet amat sih mau bisa baca aja, ajarin aja seperti dulu kita diajarin baca, selesai!!”. Ya, kalo finishnya adalah “bisa baca” saya tidak akan kesulitan. Tinggal dikenalkan huruf, diajarin ba-bi-bu-be-bo dan seterusnya, selesai. Tapi tidak, bukan itu finish yang saya mau, saya mau anak-anak saya “cinta baca”.

Saya mau mereka gembira ketika diajak ke toko buku, saya mau mereka bilang WOW ketika melihat buku, majalah, artikel bagus, saya mau mereka rela menyisihkan uang jajannya demi membeli secuil ilmu dalam berbagai ragam bacaan, saya mau mereka lapar ilmu. Itu yang saya mau..

Kenapa saya mau itu? Lagi-lagi pengalaman sehari-hari yang membuat saya sedikit berbeda perlakuannya terhadap anak-anak. Banyak teman-teman yang mengeluh anaknya malas sekali kalo disuruh baca padahal mereka bisa membaca.

Ketika saya tanya sebagian mereka menjawab “nggak mau ah, tadi di sekolah kan sudah”. Membaca itu sebuah beban, membaca itu membosankan, akibat dari membaca adalah soal-soal latihan. Barangkali itu yang ada di benak anak-anak kita dan kita sendiri. Mom, sudahkan kita cinta baca? Adakah pos belanja buku disisihkan tiap bulannya? Seberapa sering kita ajak anak-anak ke toko buku, perpustakaan, taman baca?

Balik lagi ke kabar membacanya kak Liv. Setahun lalu saya pernah menulis tentang proses belajar membacanya kak Liv bisa dilihat disini. Alhasil beberapa bulan kemudian secara teori dia sudah bisa, tapi secara praktek ternyata tak semudah teori. Hobinya yang suka dibacain cerita apa saja, kujadikan bargaining position untuk meminta dia membaca judul maupun satu kalimat pendek di buku tersebut. Dan ketika jalan-jalan aku sering menanyakan “itu bacanya apa?”. Niat hati sih supaya semakin lancar membacanya. Yang terjadi berikutnya adalah, kak Liv tidak pernah meminta dibacakan cerita lagi, bahkan kalau aku yang memintanya dia ogah-ogahan. Wajahnya jutek banget kalau melihat buku.

“kenapa sayang?”

“Nggak mau ah, mama nyuruh baca melulu”

“Kak Liv tahu kan kenapa kita harus bisa baca?”

Sampai disini saya anggap saya gagal. Tapi tentunya harus mencari cara lagi supaya dia mau belajar lagi. Selama 2 bulan saya biarkan dia tidak menyentuh buku-bukunya, tidak mengajari membaca, menulis dan berhitung. Kegiatan belajar saya serahkan sepenuhnya kepada kak Liv mau diisi apa.

Hingga dia bertanya: “Mama koq sekarang kak Liv nggak pernah diajarin baca lagi?”

“buat apa?”

“Kan supaya pintar, emang mama mau punya anak bodoh?”

“Ooh, anak mama mau jadi anak pintar apa anak bodoh?”

Dianya tersenyum..

“Kak Liv sudah diberi Allah badan sehat, otak cerdas. Kalau mau belajar, mama yakin pasti bisa”

Setelah itu setiap dia minta dibacakan cerita saya TIDAK pernah memintanya untuk membaca, baik membaca judul maupun kalimat pendek di bacaan tersebut. Alhasil, dia kembali suka bermain-main dengan bukunya, seolah-olah “membaca” menirukan mamanya. Saya senang sekali, hobinya membaca semakin berkembang, bahkan kadang dia mengarang sendiri cerita kemudian sambil memegang buku berkicau di depan si kembar seolah-olah cerita itu adalah hasil bacaannya.

“Mama koq nggak pernah nyuruh kak Liv membaca lagi?”

“Kak Liv sudah bisa membaca, tanpa mama suruhpun kalau kak Liv mau kak Liv bisa membaca sendiri”

“Tapi kak Liv males bacanya kepanjangan, kak Liv mau yang pendek-pendek aja”

“ya sudah baca yang pendek-pendek saja, sesukanya kak Liv”

“kalo salah gimana?”

“Ya dibenerin, yang penting tidak boleh berhenti belajar ”

Hingga suatu hari dia berteriak kegirangan..

“Mama, aku tahu nama biskuit ini, Roma biskuit kelapa, betul nggak ma?” sambil menyodorkan bungkusnya padaku. Dan seterusnya..dan seterusnya.

Kayak numpang iklan aja, gpp deh biskuit ini yang pertama kali dibaca kak Liv by herself.

Karena sudah lama nggak latihan membaca, jadi sedikit ada review terutama yang berakhiran konsonan dan lain-lain. Barangkali setelah ini akan ada jatuh-bangun lagi, saya akan terus menikmatinya.

 

 

 

 

 

Discussion

No comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


+ seven = 13